Obat Herbal Baik Namun Butuh Pengawasan Ahli |
Selama ini banyak orang memilih untuk mengonsumsi obat herbal karena menganggap bahwa obat herbal lebih aman daripada obat sintesis. Selain itu, obat herbal minim efek samping dan dari sisi kekayaan alam Indonesia, obat herbal sangat mudah dicari. Sehingga jika dikonsumsi dalam jangka panjang tidak akan menimbulkan komplikasi dalam tubuh.
Namun demikian, dalam perkembangannya sering dijumpai ketidaktepatan peracikan obat herbal karena kesalahan informasi. Juga adanya anggapan yang keliru terhadap obat herbal dan cara penggunaannya, sehingga dalam beberapa kasus menimbulkan efek samping.
Ada beberapa jenis tanaman obat yang memiliki khasiat hampir serupa bahkan dinyatakan sama. Sebaliknya untuk indikasi tertentu diperlukan beberapa jenis tanaman obat yang memiliki efek farmakologis saling mendukung satu sama lain. Walaupun demikian, karena sesuatu hal maka pada beberapa kasus ditemukan penggunaan tanaman obat tunggal untuk tujuan pengobatan tertentu. Hal ini akan berakibat fatal karena obat herbal tersebut akan bereaksi negatif terhadap tubuh kita. Sebagai contoh:
- Daun Seledri/apium graviolens telah diteliti dan terbukti mampu menurunkan tekanan darah, tetapi pada penggunaannya harus berhati-hati karena pada dosis berlebih (over dosis) dapat menurunkan tekanan darah secara drastis sehingga jika penderita tidak tahan dapat menyebabkan syok. Oleh karena itu dianjurkan agar jangan mengonsumsi lebih dari satu gelas perasan seledri untuk sekali minum.
- Mentimun, takaran yang diperbolehkan tidak lebih dari 2 buah besar untuk sekali makan.
- Gambir, untu menghentikan diare, tetapi penggunaan lebih dari satu ibu jari bukan sekedar menghentikan diare bahkan akan menimbulkan kesulitan buang air besar selama berhari-hari.
- Minyak jarak (Oleum recini) digunakan untuk mengobati urus-urus, jika penggunaannya tidak terukur akan menyebabkan iritasi saluran pencernaan.
- Keji beling (Strobilantus crispus) digunakan untuk mengobati batu ginjal, jika pemakaian melebihi 2 garam serbuk (sekali minum) bisa menimbulkan iritasi saluran kemih. Dalam pemeriksaan laboratorium pada beberapa pasien yang mengonsumsi Keji Beling untuk mengobati batu ginjal dinyatakan bahwa dalam urinnya ditemukannya adanya sel-sel darah merah (dalam jumlah) melebihi batas normal. Hal ini sangat dimungkinkan karena daun Keji Beling merupakan diuretik kuat sehingga dapat menimbulkan iritasi pada saluran kemih. Akan lebih tepat bagi mereka jika menggunakan daun Kumis Kucing (Ortosiphon stamineus) yang efek diuretiknya lebih ringan dan dikombinasikan dengan daun Tempuyung (Sonchus arvensis) yang tidak mempunyai efek diuretik kuat tetapi dapat melarutkan batu ginjal berkalsium.
Obat herbal yang berasal dari tanaman obat akan bermanfaat jika digunakan dengan cara:
- Ketepatan takaran/dosis,
- Ketepatan waktu penggunaan,
- Ketepatan cara penggunaan,
- Ketepatan pemilihan bahan secara benar,
- Ketepatan pemilihan tanaman obat atau ramuan obat herbal untuk indikasi tertentu.